ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM HABIBIE DAN AINUN DENGAN TEORI STIMULUS - RESPON

Analisis Semiotika John Fiske dalam film Habibie dan Ainun



Nama:Maalikal Mulky sn
Npm:202046500323
Kls:R4E


ABSTRAK

 : Film Habibie dan Ainun merupakan film yang memiliki penonton kedua terbanyak setelah Laskar Pelangi di Indonesia. Film Habibie dan Ainun menceritakan kisah kehidupan seorang Habibie yang memiliki cinta yang sangat besar untuk istri, keluarga dan negaranya. Nasionalisme yang dimiliki Habibie membuat beliau harus memilih antara keluarga dan negaranya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis representasi nasionalisme yang dimiliki Habibie dalam film Habibie dan Ainun sehingga penelitian ini berjudul “Representasi Nasionalisme Dalam Film Habibie dan Ainun”. Fokus penelitian ini adalah bagaimana representasi nasionalisme dalam film Habibie dan Ainun.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika. Tanda yang merepresentasikan nasionalisme dalam film Habibie dan Ainun yang menjadi objek dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan semiotika John Fiske dengan teori The Codes of Television. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah analisis tanda dan studi pustaka.Hasil dari penelitian ini adalah ideologi nasionalisme yang dimiliki oleh Habibie dalam film Habibie dan Ainun di representasikan melalui cara berbicara, gerakan, ekspresi dan dialog. Jadi walaupun film Habibie dan Ainun dibungkus dengan drama percintaan antara Habibie dan Ainun dalam film ini terdapat ideologi nasionalisme dari seorang Habibie. 

PENDAHULUAN

Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip – prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Tetapi film The Great Train Robbery yang masa putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, dan menjadi peletak dasar teknik editing yang baik.
Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Pada tahun 1927/1928 Krueger Corporation memproduksi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film – film tersebut merupakan film bisu dan diusahakan oleh orang – orang Belanda dan Cina. Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R.Mochtar berdasarkan naskah seorang penulis Indonesia Saerun.
Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu berpindah tangan kepada Jepang, diantaranya adalah NV Multi film yang diubah namanya menjadi Nippon Eiga Sha, yang selanjutnya memproduksi film feature dan film dokumenter. Jepang telah memanfaatkan film untuk media informasi dan propaganda. Namun, tatkala bangsa Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Tujuan Penelitian: Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya : (1) Untuk mengetahui level realitas nasionalisme dalam film Habibie dan Ainun (2) Untuk mengetahui level representasi nasionalisme dalam film Habibie dan Ainun (3). Untuk mengetahui level ideologi nasionalisme dalam film Habibie dan Ainun

KAJIAN PUSTAKA

Film: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Yang kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif.
Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media digital.
Semiotika: Teori tanda pertama yang sebenarnya diperkenalkan oleh Santo Agustinu (354 – 430 SM) walau ia tidak menggunakan istilah semiotika untuk mengidentifikasikannya. Ia mendefinisikan tanda alami sebagi tanda yang ditemukan secara harfiah di alam. Ia membedakan jenis tanda ini dengan tanda konvensional, yaitu tanda yang dibuat manusia. Kata, isyarat dan simbol adalah contoh tanda konvensional.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan: Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
(1) Level realitas, Pada level ini peneliti dapat menarik simpulan bahwa kode – kode sosial yang terdapat dalam film Habibie & Ainun seperti penampilan, kostum, perilaku, lingkungan, riasan, cara bicara, gerakan dan ekspresi, yang menggambarkan makna nasionalisme adalah cara bicara, gerakan dan ekspresi. Karena dalam film ini rasa nasionalisme sorang Habibie terlihat dari cara bicaranya, gerakannya dan ekpresinya. (2) Level representasi, Berdasarkan enam sequence
yang peneliti amati dalam film Habibie & Ainun, pada level representasi peneliti menarik simpulan bahwa kode – kode teknis dan konvensional yang menggambarkan makna nasionalisme adalah kode dialog dalam film Habibie & Ainun. Karena dialog yang terdapat dalam beberapa scene menggambarkan ideologi nasionalisme yang dimiliki oleh seorang Habibie. (3) Level ideology, Level nalisis yang terakhir adalah level ideologi, pada level ini peneliti menggunakan teori ideologi dari Louis Althusser untuk mengungkap ideologi nasionalisme yang dimiliki oleh Habibie. Ideologi nasionalisme Habibie terbentuk oleh mekanisme ISA (Ideologycal State Apratus) pendidikan dan keluarga. Dimana ideologi nasionalisme itu sendiri adalah ideologi yang dimiliki oleh seseorang
DAFTAR RUJUKAN
Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Ariyanto, Amarina , Matthew J. Hornsey and Cindy Gallois, Group Allegiances and Perceptions of Media Bias: Taking Into Account Both the Perceiver and the Source, Group Processes Intergroup Relations 2007; 10; 266 http://gpi.sagepub.com/cgi/conten t/abstract/10/2/266
Boylorn, Robin M. As Seen on TV: An Autoethnographic Reflection on Race and RealityTelevision Critical Studies in Media Communication Vol. 25, No. 4, October 2008, pp. 413_433,
URL:
http://dx.doi.org/10.1080/15295 030802327758
sebagai pengabdian dan semangat juang membangun bangsanya demi tercapainya misi dari bangsa itu. Ideologi tersebut terlihat dari level realitas dan representasi dengan menggunakan kode yang terdapat didalamnya.
(4) Peneliti menarik simpulan bahwa dalam film Habibie & Ainun terdapat ideologi nasionalisme dari sosok Habibie. Meskipun film Habibie dan Ainun dibungkus dengan drama percintaan Habibie dan Ainun. Habibie merupakan sosok seorang nasionalis yang patut kita contoh. Rasa patriotisme untuk membangun bangsa dan negerinya sangatlah besar. Itu semua terlihat dalam film Habibie & Ainun bagaimana beliau membangun negerinya Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengenalan Kajian Seni Rupa dan Desain

Tips belajar bahasa inggris